Estom.od – Meninggalnya balita berusia 9 bulan, Pripta Gaza Pratama, yang diduga akibat kelalaian tenaga medis di RSUD Tais, Kabupaten Seluma, memicu keprihatinan mendalam di masyarakat.
Kasus ini kembali menyoroti kualitas pelayanan medis di rumah sakit daerah tersebut, yang sebelumnya telah menuai kritik terkait sejumlah permasalahan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
Sebagai respons terhadap tragedi tersebut, Direktur RSUD Tais, dr. Eva Rosida, mengunjungi rumah duka keluarga korban di Kelurahan Napal Tais pada Selasa (19/11/2024).
Dalam pertemuan tersebut, dr. Eva menyampaikan ucapan belasungkawa yang mendalam dan mendengarkan langsung keluhan dari orang tua Gaza, Loni Sianturi dan Sari, terkait pelayanan medis yang diterima anak mereka selama perawatan di rumah sakit.
“Terima kasih atas masukan yang telah diberikan kepada kami. Kami sangat menghargai kritik ini dan akan segera melakukan evaluasi terhadap kinerja tenaga medis di rumah sakit ini,” ujar dr. Eva dengan penuh empati.
Ia menegaskan bahwa RSUD Tais, sebagai rumah sakit daerah, memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan terbaik bagi seluruh masyarakat Kabupaten Seluma, tanpa membedakan status pasien, baik yang menggunakan BPJS maupun pasien umum.
Dr. Eva juga menyatakan bahwa untuk mengetahui lebih jauh terkait kejadian tersebut, pihaknya telah memanggil seluruh tenaga medis dan staf yang terlibat dalam perawatan Gaza. Tim medis yang dipanggil termasuk petugas gizi, perawat, hingga tim IGD yang menangani korban.
“Kami telah memanggil semua pihak yang terlibat, termasuk petugas gizi, perawat, serta tim IGD yang menangani. Kami ingin memastikan kejadian ini dipahami dengan jelas dan objektif,” tegasnya.
Sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen untuk memperbaiki kualitas layanan, dr. Eva berjanji akan melakukan evaluasi menyeluruh, terutama di sektor pelayanan ruang anak, untuk meningkatkan kualitas pelayanan medis ke depannya.
Ia menambahkan, meskipun selama ini pihak RSUD Tais telah memberikan kepercayaan penuh kepada Kepala Bidang dan Kepala Ruangan untuk menangani masalah yang ada, evaluasi mendalam tetap diperlukan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
“Kami akan terus berupaya meningkatkan standar pelayanan dan memastikan kejadian serupa tidak terulang,” ujar dr. Eva.
Namun, meskipun pihak RSUD Tais telah memberikan respons cepat, orang tua Gaza, Loni Sianturi dan Sari, menyatakan bahwa mereka berencana untuk membawa kasus kematian anak semata wayang mereka ke ranah hukum.
Keluarga korban merasa pihak rumah sakit lalai dalam memberikan perawatan yang seharusnya, terutama terkait dengan perlakuan seorang perawat yang dianggap acuh terhadap kondisi anak mereka.
“Anak kami tidak mendapat perawatan yang layak. Kami merasa sangat kecewa dengan sikap salah seorang perawat yang terlihat tidak peduli dengan kondisi Gaza,” kata Loni, ayah korban, yang menyatakan niatnya untuk mencari keadilan.
Menurutnya Loni jika RSUD Tais tidak dapat bebenah maka kejadian serupa bisa saja terjadi dengan siapapun.
“Lebih baik ditutup saja rumah sakit karena untuk apa ada Rumah sakit di daerah tetapi pelayanan mereka sangatlah remeh, terkesan menganggap nyawa seseorang tidak penting,” ujarnya.
Kasus ini, yang kini tengah menjadi sorotan publik, membuka peluang untuk evaluasi lebih lanjut terhadap sistem pelayanan medis di RSUD Tais, dengan harapan tragedi serupa tidak akan terjadi lagi di masa depan.